Kota
home tentang kami hubungi kami
facebook twitter google plus youtube

facebook facebook
twitter twitter
LOGIN ANGGOTA
Email
Password
  lupa password?
Pendaftaran
Sekolah/Kursus/Daycare
GRATIS!
Jika Anda ingin mendaftarkan sekolah/kursus/daycare ke AkuPintar.info,
silakan klik tombol di bawah ini:

artikel icon   ARTIKEL

Bagaimana Berkata “Tidak” Pada Anak

no Seni berkata “tidak” kepada anak bisa menjadi hal yang cukup sulit untuk dilakukan dengan benar. Ada dua ekstrem dalam hal ini. Sebagian orang tua terlampau sering berkata “tidak” atau “jangan” sehingga kata itu menjadi tidak berbobot lagi bagi anak.  Sedangkan sebagian orangtua yang lain terlampau jarang mengatakan “tidak” atau “jangan” sehingga cenderung menjadi orangtua yang permisif dan memanjakan anak. Tentu saja kedua hal ekstrem ini kurang sehat bagi perkembangan anak.

Setiap anak perlu diberi takaran yang seimbang antara kebebasan dan batasan. Jika anak terlalu bebas, dia akan menjadi anak yang liar dan tidak mengenal aturan. Namun jika anak terlalu dibatasi dia tidak akan berkembang maksimal dan mungkin bisa menjadi anak pemberontak.

Berikut ini beberapa tips untuk berkata “tidak” atau “jangan” dengan cara yang benar.

 

1. Berpikir dahulu sebelum mengatakannya.

Tentukan dahulu hal-hal apa saja yang menjadi larangan untuk anak. Dengan menetapkan dahulu aturan-aturan yang jelas orangtua tidak menjadi impulsif dalam berkata “tidak”. Misalnya akan mengajak anak ke supermarket. Jika orangtua sudah menetapkan bahwa anak hari itu tidak boleh meminta mainan atau makanan tertentu. Sampaikan larangan tersebut sebelum berangkat ke supermarket. Dengan menentukan aturan orangtua juga tidak mengumbar kata “tidak” atau “jangan” pada hal-hal yang sepele.

 

2. Bersungguh-sungguh dengan perkataan Anda.

Tentu saja menerapkan sebuah aturan atau larangan bukan perkara yang mudah dan instan. Pada suatu titik kemungkinan besar  anak menolak, menangis, menjerit, ngambek atau bahkan berguling-guling di lantai. Dalam situasi seperti ini, orangtua harus tetap tegas dengan larangannya karena biasanya jika orangtua menyerah, anak akan menangkap pesan bahwa orangtuanya bisa ditawar atau dimanipulasi. Anak bisa saja berpikir bahwa jika aku menangis maka aku akan mendapatkan apa yang aku inginkan. Oleh sebab itu sangat penting mengingat hal yang pertama tadi bahwa orangtua harus menetapkan aturan mana yang memang akan diterapkan.

 

3. Gunakan kata-kata dengan pintar & jelaskan.

Misalnya anak tiba-tiba meminta ice cream, padahal dia belum makan atau sedang makan. Daripada mengatakan “tidak boleh” , akan lebih baik jika anak diberitahu kapan dia boleh makan ice cream. Misalnya saja,”Adik boleh makan ice cream nanti setelah makan siang.” Bahkan akan lebih baik lagi jika orangtua menjelaskan alasan larangannya. Contoh lain misalnya untuk anak yang sudah lebih besar, sedang bermain ke rumah tetangga, maka biasanya akan susah untuk diminta pulang. Maka sebelum anak bermain, sebaiknya sudah diberi batasan waktu terlebih dahulu. Daripada mengatakan “Kakak tidak boleh bermain lebih dari jam 4,” lebih baik katakan,”Kakak nanti boleh bermain sampai jam 4.”

Jika anak masih belum bisa tepat waktu, setengah jam sebelumnya anak diingatkan bahwa waktu bermain tinggal setengah jam saja, katakan,”Kakak, waktu bermain tinggal setengah jam lagi ya.” Karena kapan pun anak diminta pulang, rasanya seperti tiba-tiba untuk anak, maka kita perlu mengingatkan terlebih dahulu untuk mengurangi rasa tiba-tiba yang bisa menimbulkan penolakan dari si Anak. Hal ini akan sangat mengurangi “power struggle” antara orangtua dan anak.

 

4. Katakan dengan tegas namun tanpa teriakan.

It’s not just what you say, it’s how you say it. Tegas berbeda dengan keras. Berkata tegas berarti kita bersungguh-sungguh dengan ucapan kita tetapi tanpa perlu menjerit atau berteriak-teriak. Anda boleh menambahkan penekanan pada suara Anda, menunjukkan wajah yang serius, tetapi tidak perlu berteriak. Karena teriakan justru tidak memberikan dampak positif bagi anak. Biasanya dia pun akan meniru kebiasaan orangtuanya dan akhirnya si anak menjadi anak yang suka berteriak-teriak juga.

 

Berkata “tidak” atau “jangan” bertujuan untuk memberi batasan untuk anak. Karena setiap anak perlu diberi batasan yang jelas untuk menjagai dia dari bahaya, untuk menjagai dia dari hal-hal yang belum dapat dia pahami dan untuk melatih anak menurut kepada orangtua. Lakukan hal ini sedini mungkin maka anak akan lebih mudah diatur.

 

“It’s not always easy but it’s doable & rewarding!”

 

 

Perlengkapan Sekolah
Pengembangan Guru
Peluang Usaha